Kaleng ‘K‘
Berbaju merah, ada lambang garuda di dada yang sebelah kanan dan ada
tulisan Indonesia dipunggungnya. Tinggi dan putih. Dan dia keren, begitu
keren, serta sangat keren. And now he makes me so melted.
Tiba
– tiba saja handphone Keyra berbunyi. Keyra yang sedang terpana dengan
mahkluk berjenis kelamin lelaki yang mengikat tali sepatu di depannya,
tersadar dan tanpa melepaskan pandangannya dari si cowok berbaju merah
itu, dia mengecek handphone dan di layarnya terdapat 1 pesan dari Mama.
Setelah Keyra membalas sms dari mamanya, Keyra tidak menemukan lagi
sosok si cowok berbaju merah itu.
“Eh eh, lo liat gak?” Keyra bertanya pada Gina yang sedari tadi ada di sampingnya.
“Liat apaan?” Gina malah bertanya balik.
“Ih, itu loh cowok yang pake baju merah yang tadi lagi betulin tali sepatu. Gue baru liat ada anak les kayak dia.”
“Oooh, iya iya gue tau. Dia tadi keluar deh.”
“Sumpah demi apapun. Dia tuh keren banget.” Keyra mengingat – ingat lagi wajah si cowok berbaju merah tadi. Dan tersenyum sendiri.
“Berlebihan deh lo Key. Dia kayaknya sekelas deh sama temen sd gue.”
“Ha? Yakin lo? Tanyain namanya dong Gin. Ya Gin yaaa tanyain pleaseeee….” Keyra merayu Gina.
“Iiiih gak usah pake sok – sok merayu gitu deh! Okay gue tanyain, tapi ada satu syarat. Lo mesti nge-date sehari sama si Pedro. Dia janji mau neraktir gue dikantin selama sebulan kalo dia bisa ngedate sama lo. Gimana?” ujar Gina sambil tersenyum licik.
“Apa – apaan lo, masa tega ngejual temen sendiri!?”
“Tenang, entar keuntungan dibagi rata. Terserah elo sih.”
“…….” Keyra diam sesaat.
“Ya udah deh.” Keyra rela ngedate dengan Pedro demi si cowok berbaju merah itu.
“Liat apaan?” Gina malah bertanya balik.
“Ih, itu loh cowok yang pake baju merah yang tadi lagi betulin tali sepatu. Gue baru liat ada anak les kayak dia.”
“Oooh, iya iya gue tau. Dia tadi keluar deh.”
“Sumpah demi apapun. Dia tuh keren banget.” Keyra mengingat – ingat lagi wajah si cowok berbaju merah tadi. Dan tersenyum sendiri.
“Berlebihan deh lo Key. Dia kayaknya sekelas deh sama temen sd gue.”
“Ha? Yakin lo? Tanyain namanya dong Gin. Ya Gin yaaa tanyain pleaseeee….” Keyra merayu Gina.
“Iiiih gak usah pake sok – sok merayu gitu deh! Okay gue tanyain, tapi ada satu syarat. Lo mesti nge-date sehari sama si Pedro. Dia janji mau neraktir gue dikantin selama sebulan kalo dia bisa ngedate sama lo. Gimana?” ujar Gina sambil tersenyum licik.
“Apa – apaan lo, masa tega ngejual temen sendiri!?”
“Tenang, entar keuntungan dibagi rata. Terserah elo sih.”
“…….” Keyra diam sesaat.
“Ya udah deh.” Keyra rela ngedate dengan Pedro demi si cowok berbaju merah itu.
Keesokan
harinya, Keyra dengan penuh keterpaksaan rela nonton di bioskop
berduaan dengan Pedro. Pedro sudah menunggu Keyra lebih dari 1 jam.
Keyra sengaja telat datang, karena dia berharap Pedro tidak akan
menunggunya lalu pergi. Tapi ternyata Pedro tetap setia menunggu sambil
terus tersenyum.
Pedro, namanya sih keren. Tapi orangnya?
Oh my god, like a nightmare. Gendut, kacamata tebel, rambut ala kangen
band, kulitnya hitam legam, baju pas badan (ngepres/kekecilan), pake
parfum cowok murahan udah gitu baunya nyengat banget lagi. Ya tuhan,
dosa apa aku ini? Udah mana orang – orang ngeliatin gue dengan tatapan
aneh. Sumpah deh, ini cowok malu – maluin banget. Semoga nggak ada yang
kenal gue disini. Huweeek, bau parfumnya menohok banget.
Saat
mau membeli tiket, Keyra menyerahkannya pada Pedro yang ternyata
membeli tiket untuk film komedi Indonesia, pemainnya adalah Dewi persik.
Keyra hanya senyum dan mengangguk.
Idih, kampungan banget sih ini cowok. Film nggak bermutu gitu pake ditonton di bioskop lagi. Ternyata banyak juga yang menonton film itu. Film itu benar – benar GA-RING. Keyra memperhatikan penonton yang lain yang menganggap film itu lucu, ternyata sebagian besar penonton film itu satu tipe dengan Pedro. Pedro diam – diam mencoba merangkul Keyra, namun gagal karena Keyra sadar. “Dro, gue ke toilet dulu ya.” Sebelum Pedro menanggapinya Keyra sudah menghilang dari pandangannya.
Untung gue bisa keluar dari film yang nggak ada maksud tujuannya itu. dan yang paling penting, gue nggak deket – deketan sama si Pedro. Thanks god. Keyra menunggu sampai film itu selesai dengan berkeliling di mall. Dan masuk ke toko buku.
Idih, kampungan banget sih ini cowok. Film nggak bermutu gitu pake ditonton di bioskop lagi. Ternyata banyak juga yang menonton film itu. Film itu benar – benar GA-RING. Keyra memperhatikan penonton yang lain yang menganggap film itu lucu, ternyata sebagian besar penonton film itu satu tipe dengan Pedro. Pedro diam – diam mencoba merangkul Keyra, namun gagal karena Keyra sadar. “Dro, gue ke toilet dulu ya.” Sebelum Pedro menanggapinya Keyra sudah menghilang dari pandangannya.
Untung gue bisa keluar dari film yang nggak ada maksud tujuannya itu. dan yang paling penting, gue nggak deket – deketan sama si Pedro. Thanks god. Keyra menunggu sampai film itu selesai dengan berkeliling di mall. Dan masuk ke toko buku.
Ternyata
ada sebuah keajaiban di toko buku, si cowok berbaju merah yang Keyra
lihat di tempat lesnya sedang berdiri sambil membaca komik. Lagi – lagi
Keyra terpana memandang mahkluk itu. Dengan hati – hati Keyra mengikuti
kemana arah si cowok berbaju merah itu pergi. Si cowok berbaju merah itu
sekarang memakai polo shirt yang berwarna merah. Keyra membuat
kesimpulan sendiri bahwa si cowok itu menyukai warna merah. Keyra
seperti orang yang terhipnotis, sampai si cowok berbaju merah itu keluar
dari toko buku Keyra masih mengikutinya.
Tiba – tiba
ngiung…ngiung…ngiung, alarm dari pintu toko buku tersebut berbunyi dan
orang yang menyebabkan hal itu terjadi adalah Keyra. Keyra masih shock
dan diam di tempat, lalu seorang satpam menghampirinya “Mba, bukunya
mohon dibayar dulu di kasir ya.” Satpam itu memberi instruksi dengan
ramah dan diluar dugaan Keyra. Keyra hanya mengangguk dengan wajah yang
masih shock dengan bunyi alarm.
Keyra sengaja datang lebih
pagi kesekolah untuk meminta pertanggung jawaban Gina yang sudah
membuatnya nge-date dengan Pedro. Keyra langsung menarik tangan Gina
saat wajah Gina baru terlihat di depan pintu kelas.
“Kenapa sih Key? Sabar sedikit apa.” Gina merasa kesulitan jalan karena di tarik oleh Keyra.
“Enggak, gue nggak bisa sabar. Cepetan sebutin namanya siapa?” ujar Keyra dengan tampang yang seperti preman pasar.
“Ya nanti lah kalo kita les.”
“Yee, enak aja lo! Lo udah bikin gue tersiksa dan sekarang lo gak tepat janji?”
“Ih, bawel deh lo. Iya iya, gue tanyain sekarang.”
“Ya udah cepetan!”
Gina mengetik sms dengan kecepatan kilat. Lalu dapat balasan dari Feri teman sd-nya. Gina membalasnya lagi, dan saat sms balasan dari Feri tiba, semua rasa penasaran Keyra hilang dengan membaca sms dari Feri yang berisikan:
“Kenapa sih Key? Sabar sedikit apa.” Gina merasa kesulitan jalan karena di tarik oleh Keyra.
“Enggak, gue nggak bisa sabar. Cepetan sebutin namanya siapa?” ujar Keyra dengan tampang yang seperti preman pasar.
“Ya nanti lah kalo kita les.”
“Yee, enak aja lo! Lo udah bikin gue tersiksa dan sekarang lo gak tepat janji?”
“Ih, bawel deh lo. Iya iya, gue tanyain sekarang.”
“Ya udah cepetan!”
Gina mengetik sms dengan kecepatan kilat. Lalu dapat balasan dari Feri teman sd-nya. Gina membalasnya lagi, dan saat sms balasan dari Feri tiba, semua rasa penasaran Keyra hilang dengan membaca sms dari Feri yang berisikan:
Oh gt, nmnya Viky. Dy 1 skolah sma gue. Iya dy les jg di Einstein Brain. Sekelas jg sma gue
Keyra
datang lebih rajin ke tempat les, dan dia sudah berdiri di depan pintu
kelas sambil pasang mata mencari sosok Viky. Tidak lama kemudian, Viky
berjalan masuk. Dengan sigap Keyra menegakan badannya seperti tentara
yang sedang berbaris saat seorang jendral berjalan di depannya. Semua
panca indera Keyra hanya tertuju pada satu objek, Viky. Matanya untuk
melihat wajah Viky, hidungnya mencium wangi parfum Viky, telinganya
mendengar derap langkah Viky, lidahnya mengecap manisnya senyuman Viky,
dan kulitnya merasakan hembusan angin cinta yang di hembuskan oleh Viky.
Terlalu berlebihan, memang.
Semenjak mengenal Viky, Keyra mempunyai hobi baru. Yaitu mengumpulkan kaleng bekas soft drink teman – temannya.
Pertama: kaleng – kaleng itu di cat menjadi warna ungu hingga tertutup semua tulisannya serta logo soft drink itu sendiri.
Kedua: setelah semua lapisannya berwarna ungu, Keyra melukis huruf “K” sebagai logo kaleng itu sendiri.
Ketiga: menulis surat yang akan dimasukan dalam kaleng tersebut.
Keempat: tempelkan kepada siapa surat kaleng itu ditujukan agar tidak salah alamat. Gunakan stiker (label).
Jadilah sebuah prakarya cinta.
Pertama: kaleng – kaleng itu di cat menjadi warna ungu hingga tertutup semua tulisannya serta logo soft drink itu sendiri.
Kedua: setelah semua lapisannya berwarna ungu, Keyra melukis huruf “K” sebagai logo kaleng itu sendiri.
Ketiga: menulis surat yang akan dimasukan dalam kaleng tersebut.
Keempat: tempelkan kepada siapa surat kaleng itu ditujukan agar tidak salah alamat. Gunakan stiker (label).
Jadilah sebuah prakarya cinta.
3
hari kemudian, Keyra sengaja datang satu jam sebelum les-nya dimulai.
Di tangannya ada sebuah kaleng berwarna ungu. Diam – diam Keyra
menyelundup masuk ke kelas Viky yang saat itu sedang tidak ada orang,
lalu dia meletakan botol itu di atas sebuah meja.
“Woi Vik! Ada kaleng nih buat lo diatas meja gue.” kata Feri.
“Kaleng apaan?” Viky mengambil kaleng itu dan memperhatikannya dengan seksama begitu pula Feri. Viky mengocok kaleng itu, keluar lah sepucuk kertas. Viky dan Feri saling bertatapan. Feri mengambil kertas itu dan membukannya.
“Woi Vik! Ada kaleng nih buat lo diatas meja gue.” kata Feri.
“Kaleng apaan?” Viky mengambil kaleng itu dan memperhatikannya dengan seksama begitu pula Feri. Viky mengocok kaleng itu, keluar lah sepucuk kertas. Viky dan Feri saling bertatapan. Feri mengambil kertas itu dan membukannya.
Dear cowok berbaju merah
Sejak gue ngeliat lo minggu lalu, gue ter-pe-so-na sama lo. Dengan baju merah lo yang ada lambang garuda di dada kanan dan ada tulisan Indonesia di punggung lo. Do u know what? You make me so melted when I first time saw u. Love at the first sight (itu kata – kata yang mewakili semua perasaan gue).
Your admirer
K
Viky diam sejenak setelah membaca surat kaleng itu. begitu pula Feri. “Siapa yang ngirim ini surat?” ujar Viky.
Setelah kaleng yang pertama, kaleng – kaleng yang lain pun ikut serta meneror Viky. Isi dari surat - surat itu hampir sama tentang kekaguman seseorang. Semakin hari Viky semakin penasaran dengan si pengirim surat kaleng itu yang berinisial “K”. Akhirnya Viky meminta bantuan office boy untuk memperhatikan orang – orang yang masuk kedalam kelasnya. Keyra tidak mengetahui rencana Viky, dan saat Keyra ingin menaruh kaleng yang keempat di kelas Viky, sang OB memperhatikannya dari balik pintu gudang. Sejak saat itulah identitas sang pengirim surat kaleng terbongkar. Semenjak itu juga Viky jadi sering menatap Keyra dengan tatapan yang aneh. Keyra sudah tidak berani lagi mengirimkan surat kaleng lagi, karena sekarang Viky sering datang lebih dulu dari Keyra.
Setelah kaleng yang pertama, kaleng – kaleng yang lain pun ikut serta meneror Viky. Isi dari surat - surat itu hampir sama tentang kekaguman seseorang. Semakin hari Viky semakin penasaran dengan si pengirim surat kaleng itu yang berinisial “K”. Akhirnya Viky meminta bantuan office boy untuk memperhatikan orang – orang yang masuk kedalam kelasnya. Keyra tidak mengetahui rencana Viky, dan saat Keyra ingin menaruh kaleng yang keempat di kelas Viky, sang OB memperhatikannya dari balik pintu gudang. Sejak saat itulah identitas sang pengirim surat kaleng terbongkar. Semenjak itu juga Viky jadi sering menatap Keyra dengan tatapan yang aneh. Keyra sudah tidak berani lagi mengirimkan surat kaleng lagi, karena sekarang Viky sering datang lebih dulu dari Keyra.
“Key,
kayaknya ada yang kurang deh dari lo.” Gina mematap Keyra dari ujung
rambut hingga ujung sepatu. Keyra diam, mencoba mengingat sesuatu.
“Oh iya! Tas bekel gue ketinggalan di kelas. Sebentar ya.” Keyra berlari pelan menuju kelas yang ada di lantai 3. Ternyata di kelasnya sudah ada yang mengisi. Keyra meminta izin terlebih dahulu dengan Mr.Hendra yang sedang mengajar dikelas itu. Setelah mengambil tasnya dan keluar dari ruangan, Keyra memeriksa kembali tas bekalnya takut ada yang tertinggal lagi. Dari belakang terdengar langkah kaki yang sedang berlarian dan BRUUK, Keyra di tabrak anak kecil yang sedang lari – larian dan semua barang yang ada di tas bekal itu terjatuh ke lantai.
“Sorry kak.” Kata anak kecil itu.
“Oh iya! Tas bekel gue ketinggalan di kelas. Sebentar ya.” Keyra berlari pelan menuju kelas yang ada di lantai 3. Ternyata di kelasnya sudah ada yang mengisi. Keyra meminta izin terlebih dahulu dengan Mr.Hendra yang sedang mengajar dikelas itu. Setelah mengambil tasnya dan keluar dari ruangan, Keyra memeriksa kembali tas bekalnya takut ada yang tertinggal lagi. Dari belakang terdengar langkah kaki yang sedang berlarian dan BRUUK, Keyra di tabrak anak kecil yang sedang lari – larian dan semua barang yang ada di tas bekal itu terjatuh ke lantai.
“Sorry kak.” Kata anak kecil itu.
Keyra
mengangguk dan merapikan barang – barang yang terjatuh tadi. Setelah
hampir semua barang masuk, Keyra merasa ada yang hilang. “Kaleng gue!”
Keyra berdiri dan ia melihat kaleng berwarna ungu itu ada di tangan
seorang cowok yang bertubuh tinggi, kulitnya putih, cowok itu ternyata
Viky. Keyra mematung. Viky berjalan menghampiri Keyra dengan tatapan
mata yang seperti biasa dia keluarkan saat menatap cewek itu. Keyra
masih dalam posisi yang sama.
“Ini punya lo?” Viky berhenti
di depan Keyra yang hanya bisa mengangguk. Lalu Keyra mengambil kaleng
yang di sodorkan oleh Viky.
“Gue tunggu lo di cafe seberang sana besok jam 3. Gue pake baju merah, ada lambang garuda di dada kanan yang ada tulisan Indonesia di punggungnya.” Lalu Viky berjalan meninggalkannya, namun Viky menengok lagi ke arah Keyra dan Viky tersenyum.
Lagi – lagi Keyra hanya diam mematung.
“Key? Keyra? Lo masih napas?” tanya Gina.
“Gue tunggu lo di cafe seberang sana besok jam 3. Gue pake baju merah, ada lambang garuda di dada kanan yang ada tulisan Indonesia di punggungnya.” Lalu Viky berjalan meninggalkannya, namun Viky menengok lagi ke arah Keyra dan Viky tersenyum.
Lagi – lagi Keyra hanya diam mematung.
“Key? Keyra? Lo masih napas?” tanya Gina.
[nb: cerpen ini mungkin gue tulis sekitar awal tahun 2011 kayaknya, waktu gue masih les bimbel persiapan UN. Makanya agak - agak lebay iyuh kamseupay gitu deh. Tapi gapapa, semua pasti ada kekurangannya dan semakin kedepan bisa diperbaiki hehe.]
0 komentar